Desain grafis merupakan profesi yang tidak hanya menuntut fokus, kreatifitas, dan intelektualitas yang tinggi, tapi juga harus komunikatif dan mampu menjembatani keinginan klien. Tidak jarang, banyak sekali desainer grafis yang bermasalah ketika berhadapan dengan konsumen yang membutuhkan jasanya.
Padahal, seorang desainer dituntut mampu memberikan solusi serta edukasi terhadap klien terkait proses, cara kerja, serta tujuan sebuah rancangan grafis. Karena hal tersebut akan mempermudah pekerjaan serta memberikan efek domino bagi pemahaman masyarakat terhadap segala praktik yang terkait kedalam desain grafis.
Desainer haruslah memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara terarah dan bertujuan. Komunikasi tersebut disebut juga sebagai komunikasi interpersonal dimana dalam artiannya merupakan proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya.
Berdasarkan teori di atas, komunikasi interpersonal memungkinkan seorang desainer untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman tentang dunia visual kepada konsumen. Untuk lebih jelasnya seperti yang dilansir situs jasa company profile, berikut beberapa kualitas umum yang dipertimbangkan dalam komunikasi interpersonal pada desain grafis.
1. Keterbukaan (Openness)
Berdialog atas azas kepercayaan dan kejujuran. Keterbukaan informasi dalam berkomunikasi antar individu sangat ditekankan. Hal tersebut memberikan dampak pada terbangunnya rasa saling percaya. Sehingga jika kepercayaan sudah terbentuk, maka kedua individu atau lebih yang sedang berdialog akan merasa nyaman.
2. Empati (empathy)
Jika empati diutamakan dalam setiap komunikasi, maka kedua komunikan akan saling memahami perasaan masing-masing dan komunikan akan tahu bagaimana harus memberikan respon terhadap perasaan tersebut. Perasaan-perasan yang diberikan itu dapat pula berupa pengalaman, harapan, tujuan, cita-cita serta keinginan. Empati dapat ditunjukkan melalui gerakan tubuh atau dengan cara mendengar dengan seksama dan hati-hati dalam merespon setiap pertanyaan atau pernyataan yang keluar dari komunikan.
Dalam desain grafis, empati secara sederhana dapat digambarkan dalam sikap peduli seorang desainer grafis. Bagaimana dia bisa memahami kondisi, selera, dan harapan dari klien terhadap jasa yang ingin dipakainya.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak terjadi dalam suasana yang tidak mendukung. Setiap komunikan harus memperlihatkan terlebih dahulu dukungannya terhadap apa yang dibicarakan. Sikap-sikap yang harus ditonjolkan seperti spontanitas, meng”iyakan” apa yang dikatakan dan tidak memberikan solusi terlebih dahulu jika tidak ditanyakan.
4. Kesetaraan (Equality)
Inilah hidup, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Semua pasti atas dasar keseimbangan. Ada yang kurang dan ada yang lebih. Jika salah satu kurang, maka di sisi lain lebih. Begitu juga, jika di satu sisi kurang, maka di sisi lain terdapat kelebihan.
Oleh karena itu, setiap dialog yang sedang dibangun oleh dua manusia yang berbeda cara pandang, profesi, status sosial, keinginan, serta pengalaman haruslah memiliki rasa saling menghargai dan memahami akan setiap perbedaan. Jika sikap saling menghargai sudah terbentuk, maka setiap komunikan akan semakin mudah untuk menerima setiap perbedaan dalam dialog yang terjadi. Sehingga tujuan dari dialog tercapai secara terarah.
Itulah sedikit tips yang bisa digunakan untuk membangun komunikasi interpersonal yang baik bagi desainer grafis. Kamu bisa berlatih mengembangkan sikap-sikap diatas ketika sedang berkomunikasi bukan hanya dengan sesama desainer saja tetapi juga dengan klien.
0 komentar:
Posting Komentar