Sebenarnya apa sih yang membuat karya desain itu sangat
mahal harganya. Apakah Anda pernah memesan sebuah desain ke para desainer atau
kepada penyedia jasa desain, seperti jasa desin logo, jasa desain companyprofile, jasa pembuatan company profile, dan lain-lain? Saat pertama kali
bernego dengan sang desainer, mungkin sebagian dari anda pernah shock mendengar
harga yang ditawarkan oleh sang desainer. Padahal (mungkin) kamu mikir “ni
orang bukan desainer terkenal, penampilannya ga oke, kantornya masih kecil,
tapi kok berani amat ngasi harga mahal ya?”
Kebanyakan dari orang belum bisa menghargai suatu karya
desain. Padahal karya desain adalah sebuah karya seni sama seperti sebuah
lukisan. Bedanya hanyalah karya desain grafis adalah seni digital, dan karya
lukis itu pada kanvas. Pernah ngeliat lukisan berharga pulan juta? ratusan
juta? atau miliaran? Nah, sepatutnya sebuah karya desain juga demikian. Namun
saya patut bersyukur setelah masuknya sebuah marketplace desain grafis di
Indonesia, karya desain grafis mulai diapresiasi dengan harga yang pantas.
Desainer di Indonesia mulai mempunyai patokan harga dengan adanya marketplace
desain itu.
Baiklah, kita balik ke intinya. Kenapa harga karya desain
mahal? Berikut adalah gambaran tentang masalah ini.
1. Modal yang Besar
Desainer grafis, desainer fashion, arsitektur, interior dan
artist lainnya bukanlah profesi yang rendahan. Mereka perlu mengasah ilmu dan
pengalaman untuk mendapatkan kemampuan yang mumpuni. (Untuk kasus ini kita akan
fokus ke Desainer Grafis dan Web). Kalian tahu berapa besar uang yang harus
dikorbanin untuk menjadi seorang desainer grafis? Ok, mari kita mulai dari uang
kuliah terlebih dahulu.
Sekarang untuk menempuh pendidikan Fakultas Seni Rupa Desain
atau Desain Komunikasi Visual atau sejenisnya pada Universitas yang lumayan
bagus bisa mencapai sekitar Rp 5.0000.000,- per semester. Belum lagi uang
masuknya yang di atas Rp 10.000.000,-. Jadi total dari masuk sampai tamat,
mahasiswa Fakulas desain ini dapat menghabiskan biaya sekitar Rp 50.000.000,- .
Ini bila diukur pada universitas yang lumayan bagus.
Perjuangan modal bukan hanya sampai di situ aja. Masih ada
kebutuhan untuk membeli komputer dengan spek memadai seperti VGA tambahan dan
layar monitor, flasdisk, HDD eksternal, laptop, pen tablet, belum lagi software
yang dipake harus dibeli juga (yang original donk bro).. Nah, kalo ditotal
pasti di atas 20 juta deh..
Ada lagi. Untuk tugas kuliah juga butuh biaya, misalnya
peralatan menggambar, cat, kuas, wah banyak lah. Untuk tugas besar biaya
pengerjaannya bisa sampai 250ribu-500ribu (berdasarkan pengalaman teman saya).
Bisa dibayangkan betapa banyaknya uang yang dihabiskan?
Biaya diatas hanya untuk universitas dengan fakultas desain
yang lumayan bagus, untuk universitas yang emang bagus ya pasti lebih dari itu.
Dan, kisaran harga di atas itu adalah hitungan tahun 2011. Sekarang udah tahun
2013, BBM udah naik, dollar juga udah naik, bisa dibayangkan lah berapa
kenaikannya.. Yang pasti di atas 100 juta deh.
Dengan modal yang demikian gede, masih tega kah anda menawar
harga desain sebesar Rp 100.000 ? :D Tapi emang tidak semua desainer menempuh
jalur pendidikan akademis. Ada juga beberapa desainer yang emang mempunyai
bakat dan talenta sebagai seorang desainer. Namun tetap saja mereka butuh waktu
yang panjang untuk menempah skill mereka. Untuk hal ini, anda sebagai pemesan
desain, dapat berpatok pada aturan kita yang pertama yaitu Ide itu Berharga.
Kalau emang ide desain yang ditawarkan itu brilian dan berkualitas, maka anda
harus membayar mahal untuk itu.
2. Ide itu Berharga
Kamu seorang artist? pelukis? pengrajin tangan? web
developer? Apa yang kamu rasain kalo ada orang bilang “bro, aku boleh minta
buatin aplikasi berbasi web? aku kasi harga 150 ribu lah..” (Padahal ngedevelop
aplikasinya butuh 2bulan sampe2 ngorbanin ga sms dan nelpon pacar. Yang paling
buruk sang pacar mutusin kita :D) atau
“om, aku beli kerajinan tangan om ya, aku kasi 50ribu ni.”
(Padahal om itu buatnya udah susah payah selama 1 bulan penuh, begadang pulak
sampe lupa sama istrinya..) atau
“cin, aku akan bantu kamu produksi lagu ciptaan band kalian.
Tapi kalo album kalian berhasil booming, kalian ntar cuma dapat 10% ya??”
Kita pasti juga tidak akan setuju kalo karya kita dipatok
dibawah harga semestinya kan? Yang membuat sebuah karya mahal adalah ide
brilian dan proses yang terjadi di balik karya itu. Sama seperti contoh profesi
di atas, seorang desainer juga demikian. Desainer selalu mematok harga sesuai
dengan ide kreatifitas, dan proses yang mereka butuhkan untuk membuat suatu
karya.
3. Modal Kerja
Seorang freelancer biasanya memerlukan modal yang dipakai
untuk menjalankan usahanya. Yang pasti adalah seperti laptop/komputer, koneksi
internet, pulsa, dan puding :D. Tambahan lainnya adalah pen tablet, kamera,
alat gambar, dan lainnya.
4. Jam Kerja Ekstra
Kebanyakan freelancer mungkin merasakan hal yang sama dengan
saya. Saat klien/pelanggan bersantai ria dan tidur nyenyak, kita malah
melakukan brainstorming yang hebat, mencoba merumuskan permasalahan menjadi
sebuah karya desain komunikasi yang hebat. Belum lagi ketika kita berstatus
sebagai karyawan di sebuah perusahaan lain yang rata-rata per hari bekerja
selama 8 jam. Kita hanya mempunyai waktu lebih sedikit untuk fokus kepada
project desain tersebut. Jadi mau tidak mau, kita harus begadang demi
menyelesaikan project tersebut secara tepat waktu. Untuk project yang gede dan
rumit, terkadang desainer juga mengorbankan waktu bersama dengan keluarga dan
sahabat-sahabat dekatnya. Dan memilih untuk fokus kepada pengerjaan project.
5. Gaji Buat Artist lain
Beberapa desainer ataupun freelancer lain seperti
arsitektur, web developer, dll mungkin mempunyai pegawai ataupun rekan untuk
membantu mereka dalam pengerjaan suatu project. Nah, bila harga project yang
ditawarkan oleh klien sebesar Rp 150.000,- bagaimana cara si
desainer/freelancer menggaji rekannya ya?hmmh
Semua itu adalah beberapa faktor yang mempengaruhi mengapa
suatu karya dipatok dengan harga tertentu. Ada yang dipatok dengan harga
standard, ada juga sampai yang ratusan juta, ataupun miliaran seperti logo
pertamina, BNI46, dll. Faktor-faktor di atas tidak semata ditujukan untuk
desainer grafis, tapi juga untuk profesi lain seperti desainer fashion,
arsitektur, desainer interior, web developer, dll. Faktor-faktor lain yang
mempengaruhi harga sebuah karya adalah level klien ataupun pelanggan. Jelas
berbeda harga yang ditawarkan ke sebuah startup yang notabene masih mempunyai
modal kecil, dengan harga yang ditawarkan pada sebuah perusahaan besar yang
omsetnya sudah diatas ratusan juta hingga miliaran rupiah per bulan..
Saya cukup terkesan dengan rumus Segitiga Murah-Cepat-Bagus
yang pernah saya dapatkan ketika browsing di internet. Kali ini saya membuat
ilustrasi sederhana supaya teman-teman bisa lebih mudah mencernanya.
Artikel ini bersumber dari seorang freelancer muda berasal
dari medan yang bernama Rio yang mengatakan bahwa Semua tulisan di atas adalah
buah dari pengalaman selama saya menjadi seorang freelance graphic designer
pada rioDesign , dan juga hasil curhat dan sharing dengan teman2 seprofesi
dengan saya sesama freelancer. Semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar