Rabu, 03 Mei 2017

Mendalami Teori Kehidupan Mahasiswa Desain Grafis


Salah jika kita beranggapan bahwa teori kehidupan semua mahasiswa sama saja. Pasti ada yang bisa membedakannya dengan mahasiswa antar satu jurusan dengan yang lainnya tergantung dari bagaimana mereka menjalani perannya dalam dunia pendidikan. Lalu bagaimana dengan teori kehidupan mahasiswa desain grafis? Apakah semudah yang kita pikirkan?



Kadang kalau mendengar kata mahasiswa ekonomi, pasti tampilan yang muncul di otak kita adalah sosok pintar, gaul dan naik mobil. Kalau dengar kata mahasiswa MIPA yang muncul adalah opini berat atau mukanya rumus semua. Benarkan?

So, bagaimana dengan mahasiswa desain grafis?

Satu yang pasti mereka bernafas, hidup dan memiliki wujud yang sudah pasti normal, sama seperti mahasiswa pada umumnya.  Namun, jika diteliti lebih jauh orang bisa saja berpikir mahasiswa desain itu freak dan aneh. Terlebih, mahasiswa desain grafis sering dikaitkan dengan jam tidur yang selalu malam dan identik dengan penggila game sejati.

Anggapan bahwa desain grafis adalah jurusan yang nyantai, mudah dan enteng adalah salah. Meskipun tidak ada mata kuliah matematika, fisika atau kimia, dalam kehidupannya mahasiswa desain selalu dikejar oleh deadline dan tugas yang tak berjeda. Jangan lupa juga, mereka selalu berhadapan dengan konsep dan kreativitas untuk menciptakan suatu grafis dengan memasukan unsur 'tidak biasa' agar dipandang luar biasa.


Contohnya, dalam mata kuliah nirmana dan tipografi. Nirmana adalah bagaimana cara membuat sebuah komposisi tanpa makna yang enak dilihat dan benar-benar baru. Sekitar 100 komposisi harus dihasilkan dalam 2 semester. Belum lagi untuk tipografi, kamu harus menciptakan huruf yang benar sebuah karya sendiri dengan berbagai macam syaratnya. Masih menganggap desain itu mudah?

Sebelum masuk ke dalam digitalisasi, semua proses harus dilakukan secara manual. Artinya, kamu mendesain via pensil dan kertas. Kebayang kan betapa repotnya? Belum lagi biaya tugas yang mencekik, seperti kertas, drawing pen, cat, kuas rapido, yang merupakan barang-barang yang tidak murah. Entah berapa kali harus dibeli demi menyelesaikan tugas-tugas desain tersebut.

Lalu, kalau sudah masuk digitalisasi apakah semuanya menjadi mudah? Tidak juga. Dilansir situs jasa web profile, kamu harus berkutat berjam-jam mendesain dengan software-software tertentu. Segala hal tersebut membuat mahasiswa desain rindu tidur nyenyak.

Dalam hal ini, otomatis mereka bersahabat dengan jam malam demi mengejar deadline untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Tentu hal ini sangat meleset dari perkiraan kita tentang jurusan desain sebelumnya. Namun memang inilah jalan yang harus diambil agar ketika lulus nanti bisa menjadi seorang profesional yang karyanya diakui dan bertanggung jawab.

Nyatanya menjadi mahasiswa desain grafis itu tak semudah yang diperkirakan. Memang hal ini sama dengan mahasiswa jurusan lainnya yang tak dapat dipandang sebelah mata. Jurusan desain mungkin keren dan nyantai. Tapi tetap saja dibaliknya banyak tanggung jawab berat yang harus dipikul. Dimana otak akan bekerja keras menggali kreatifitas lebih dalam lagi demi memenuhi pasar yang semakin mempunyai banyak permintaan.

Jadi, jika suatu saat Anda dijalan dan melihat seseorang yang membawa maket atau kertas ukuran A2 atau amplop ukuran A3, atau mungkin sebuah packaging yang terbuat dari kaleng bekas, silakan ditanya apakah dia mahasiswa desain atau bukan.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Popular Posts

Categories

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

untuk slide

untuk slide
foto

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © Skystar Digital - All About Desain Grafis | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com